keluarga 16

Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Perdata

Picture of Adi Surya Wijaya, SH, MH

Adi Surya Wijaya, SH, MH

Lawyer ILS Law Firm

Pelajari cara pembagian harta warisan menurut hukum perdata Indonesia, termasuk dasar hukum, golongan ahli waris, dan prosedur hukum yang berlaku.

Pengantar

Pembagian harta warisan merupakan aspek penting dalam hukum perdata Indonesia, khususnya bagi masyarakat non-Muslim. Proses ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang memberikan pedoman tentang siapa yang berhak menerima warisan dan bagaimana pembagiannya dilakukan.

Dasar Hukum Warisan dalam KUHPerdata

Hukum waris diatur dalam Buku II KUHPerdata, mulai dari Pasal 830 hingga Pasal 1130. Pasal 830 menyatakan bahwa pewarisan hanya terjadi karena kematian. Artinya, harta peninggalan baru dapat diwariskan setelah pewaris meninggal dunia.

Cara Memperoleh Warisan

Terdapat dua cara utama untuk memperoleh warisan menurut KUHPerdata:

1. Pewarisan Ab Intestato (Menurut Undang-Undang)

Pewarisan ini terjadi tanpa adanya surat wasiat. Ahli waris ditentukan berdasarkan hubungan darah atau perkawinan dengan pewaris. Pasal 832 KUHPerdata menyebutkan bahwa ahli waris meliputi keluarga sedarah dan pasangan yang sah.

2. Pewarisan Testamentair (Melalui Wasiat)

Pewarisan ini terjadi berdasarkan surat wasiat yang dibuat oleh pewaris sebelum meninggal. Wasiat harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar sah menurut hukum.

Golongan Ahli Waris

KUHPerdata mengelompokkan ahli waris ke dalam empat golongan:

Golongan I

  • Suami atau istri yang hidup terlama
  • Anak-anak sah dan keturunannya

Golongan II

  • Orang tua (ayah dan ibu)
  • Saudara kandung dan keturunannya

Golongan III

  • Kakek dan nenek
  • Saudara dari orang tua

Golongan IV

  • Paman, bibi, dan sepupu hingga derajat keenam

Jika terdapat ahli waris dari golongan yang lebih tinggi, maka golongan di bawahnya tidak berhak atas warisan.

Bagian Warisan

Pembagian warisan dilakukan berdasarkan prinsip “kepala demi kepala” (per capita) atau “pancang demi pancang” (per stirpes), tergantung pada hubungan antara ahli waris dan pewaris. Misalnya, jika pewaris meninggalkan dua anak, maka masing-masing anak berhak atas setengah dari harta warisan.

Legitime Portie (Bagian Mutlak)

Legitime portie adalah bagian dari harta warisan yang wajib diberikan kepada ahli waris tertentu dan tidak dapat diabaikan oleh pewaris dalam surat wasiat. Hal ini bertujuan untuk melindungi hak ahli waris yang sah.

Prosedur Pembagian Warisan

Proses pembagian warisan melibatkan beberapa langkah:

  1. Inventarisasi Harta Warisan: Mencatat seluruh aset dan kewajiban pewaris.
  2. Penunjukan Ahli Waris: Menentukan siapa saja yang berhak menerima warisan.
  3. Pembagian Harta: Membagi harta sesuai dengan ketentuan hukum dan/atau wasiat.
  4. Pendaftaran di Pengadilan: Mendaftarkan proses pembagian warisan di pengadilan negeri untuk mendapatkan kekuatan hukum.

Penolakan Warisan

Ahli waris memiliki hak untuk menolak warisan, terutama jika harta peninggalan lebih banyak mengandung utang daripada aset. Penolakan harus dilakukan secara resmi di pengadilan negeri.

Konsultasi Hukum di ILS Law Firm

Jika Anda memerlukan bantuan dalam proses pembagian harta warisan atau memiliki pertanyaan seputar hukum waris perdata, ILS Law Firm siap membantu Anda. Silakan hubungi kami melalui:

Tim kami akan memberikan panduan dan solusi hukum yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Publikasi dan Artikel

ILS Law Firm menyediakan tulisan-tulisan sebagai sarana edukasi dan panduan penyelesaian permasalahan terbaik dengan tingkat obyektifitas setinggi mungkin.